Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Apa kabar temen-temen? Semoga selalu dalam selimut Rahmat cinta-Nya.
Salam serta shalawat semoga tetap kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam beserta keluarga dan sahabatnya.
Kali ini kita akan melanjutkan bahasan tentang;
# Amalan Hati Ketika Membaca Al-Qur’an.
Hendaknya Al-Qur’an di baca dengan penuh pengagungan dan renungan karena sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala telah memberikan pemahaman kepada makhluk-makhluk-Nya melalui huruf-huruf dan suara-suara yang terkandung di dalam Al-Qur’an yang merupakan gambaran dari sifat-sifat-Nya.
Bagaimanakah sifat-sifat-Nya dapat diketahui dari itu semua? Kalau saja kesempurnaan kalam-Nya tidak terbungkus dalam huruf-huruf tersebut, maka kalam dari singgasana Allah tidak akan terdengar. Tetapi, walaupun kalam dari singgasana Allah itu tidak terdengar, hal itu tidak akan menghilangkan kebesaran kekuasaan-Nya dan kesucian cahaya-Nya.
Kalau saja Allah tidak memberi kekuatan kepada Nabi Musa Alaihissalam, niscaya Nabi Musa tidak akan mampu mendengar kalam Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana gunung yang tidak kuat memikul beban cahaya Allah sehingga gunung itu hancur.
Di samping itu, seorang pembaca Al-Qur’an hendaknya mengagungkan Allah Subhanahu wata’ala di dalam hatinya, seakan-akan Allah sedang berbicara langsung kepadanya dengan kalam-Nya tersebut. Hati pun selayaknya seakan hadir untuk Al-Qur’an dengan meninggalkan pembicaraan akan diri sendiri, lalu merenungi dan memahami apa yang dibacanya. Sungguh, banyak orang yang tidak memahaminya karena sebab-sebab tertentu yang tidak masuk akal, serta tergoda oleh godaan-godaan setan yang merasuki hati mereka. Dengan begitu, hati mereka menjadi buta akan cahaya keagungan Al-Qur’an.
Hendaknya seorang pembaca Al-Qur’an itu mampu menangkap tujuan utama yang termaktub di dalam Al-Qur’an. Jika ia mendengar perintah atau larangan, maka ia harus menyadari bahwa dirinya sebagai objek yang diperintah atau dilarang. Dengan begitu, terbekas di dalam hatinya beragam pemahaman sesuai keragaman ayat.
# Memahami dan Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Akal.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh Al-Qur’an itu memiliki sisi yang jelas dan yang tersembunyi, serta ada sisi yang terbatas dan sisi yang tersingkap.”
Dalam hal ini, Ali radhiyallahu ‘anh berkata, “Andai saja aku menginginkan, niscaya akan aku bebankan 70 ekor unta dengan (kitab-kitab) tafsir al-Fatihah.”
Jelas bahwa rahasia-rahasia Al-Qur’an tidak terbatas. Keajaiban-keajaiban yang terkandung di dalamnya pun tidak terhitung. Semua itu tergantung pada kesucian hati.
Dengan demikian, penafsiran bukanlah dengan cara di dengar atau dipindahkan begitu saja seperti halnya turunnya wahyu. Rasulullah berdoa untuk Ibnu Abbas radhiyllahu ‘anh,
“Ya Allah, anugerahilah ia pemahaman yang mendalam tentang agama dan anugerahilah ia pengetahuan tentang takwil.” (HR Bukhari, Muslim dan Ahmad).
Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
“….Tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)….” (An-Nisaa’: 83).
Allah subhanahu wata’ala telah memberikan landasan kebenaran bagi orang-orang yang berilmu. Hal itu menunjukkan bahwa mereka tidak hanya sebatas mendengar.
Wallahu a’lam.
Semoga bermanfaat.
^^BERSIHKAN HATI MENUJU RIDHA ILAHI^^
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
http://debyanhajiprastyo.blogspot.com/
Sumber: Mukhtashar Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar